KOROPAK.COM – JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia 2024, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkolaborasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk meluncurkan Peta Zona Iklim untuk Pendinginan Pasif dan Data Iklim Standar yang akan digunakan dalam proses pembangunan gedung berkelanjutan.
Peluncuran peta ini berlangsung pada Selasa, 1 Oktober 2024, dan diresmikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Mohamad Zainal Fatah, serta Deputi Bidang Infrastruktur BMKG, Michael Andreas Purwoadi.
Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari BMKG, Kementerian PUPR, Japan International Cooperation Agency (JICA), dan universitas dari Jepang. Kolaborasi internasional ini bertujuan untuk memberikan landasan yang kokoh bagi pengembangan infrastruktur nasional yang berkelanjutan.
“Peta zona iklim ini merupakan hasil kerja sama antara PUPR, BMKG, Kagoshima University, dan Hiroshima University, dengan dukungan dari JICA. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan infrastruktur bangunan yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi,” kata Fatah dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik pada Minggu, 13 Oktober 2024.
Peta yang diluncurkan adalah pembaruan dari peta sebelumnya dan kini lebih terperinci, mencakup delapan zona iklim baru yang mendukung konsep pendinginan pasif. Zona-zona ini mencakup wilayah yang bervariasi, mulai dari ekuator hingga dataran tinggi tropis.
Fatah juga menjelaskan bahwa sektor bangunan merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, tetapi memiliki potensi besar untuk menghemat energi. Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri (Permen) PUPR Nomor 21 Tahun 2021, bangunan diwajibkan untuk mengurangi konsumsi energi hingga 25 persen.
Implementasi strategi pendinginan pasif dapat menjadi solusi efektif sebelum beralih ke teknologi hemat energi yang lebih maju.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bina Teknik Permukiman dan Perumahan (BTPP), Dian Irawati, menjelaskan bahwa dengan adanya peta ini, biaya desain untuk bangunan hijau akan menjadi lebih terjangkau.
Teknologi pendinginan pasif diharapkan dapat memaksimalkan efisiensi bangunan tanpa meningkatkan biaya.
Deputi BMKG Michael Andreas Purwoadi juga menekankan pentingnya data iklim dalam mendukung desain gedung yang hemat energi. “Teknologi pendinginan pasif, seperti ventilasi malam dan evaporative cooling, dapat menciptakan kenyamanan termal tanpa konsumsi energi berlebih,” ujarnya.
Dengan adanya peta zona iklim ini, diharapkan pembangunan gedung di Indonesia akan semakin berorientasi pada keberlanjutan dan ramah lingkungan.