Koropak.com – Setelah mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut pada Mei dan Juni 2024, Kota Tasikmalaya akhirnya mencatat inflasi sebesar 0,02 persen pada Juli 2024. Mengapa inflasi ini dianggap penting?
Apakah inflasi selalu berarti kondisi ekonomi yang baik? Menurut para ahli ekonomi, jika suatu wilayah mengalami deflasi yang dalam dan berkepanjangan, dampaknya bisa merugikan ekonomi, mirip dengan inflasi yang terus melonjak tanpa kendali.
Deflasi, seperti pisau bermata dua, dapat membawa dampak negatif, terutama bagi produsen barang, penyedia jasa, dan distributor.
Turunnya harga suatu barang atau jasa tentu berimbas pada kehidupan masyarakat seperti menurunnya upah pekerja bahkan bisa berdampak pada pengurangan pekerja (PHK) dan membawa efek lainnya seperti pengangguran yang akan meningkat.
Kembali lagi pada inflasi Kota Tasikmalaya pada Juli 2024 ini, yang perlu diketahui pengaruhnya adalah andil barang komoditas penyumbang terjadinya inflasi.
Berdasarkan rilis BPS Kota Tasikmalaya, lima barang komoditas yang menjadi penyumbang inflasi berturut-turut adalah beras (0,909 persen), Tarif Sekolah Dasar (0,0243 persen), Kopi Bubuk (0,0240 persen), Cabai Rawit (0,0222 persen), dan Sigaret Kretek Tangan (0,0129 persen).
Masih berdasarkan data BPS, inflasi pada Juli 2024 dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya masa panen padi yang menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok kita sehari-hari, di berbagai daerah penghasil beras sekitar Kota Tasikmalaya sudah mulai berakhir.
Sehingga tentu akan mempengaruhi stok dan harga beras di pasaran, yang kedua pada bulan Juli merupakan tahun ajaran baru sekolah di mana kenaikan tarif pendidikan pada setiap tahun ajaran baru sekolah pada setiap jenjang pendidikan berpengaruh pada Inflasi Kota Tasikmalaya.
Terutama di level jenjang sekolah dasar pada Juli 2024.Lalu hal lain yang harus diperhatikan dalam inflasi adalah indikator inflasi year to date (ytd) yaitu biasa disebut inflasi tahun kalender yaitu menggambarkan perubahan harga,
secara kumulatif dari Januari sampai dengan bulan bersangkutan dibandingkan bulan Desember tahun sebelumnya. Bagaimana inflasi ytd Juli 2024 Kota Tasikmalaya? Besaran inflasinya yaitu sebesar 1,40 persen,
target pemerintah sendiri dalam hal ini Bank Indonesia (BI) mempunyai besaran target pada 2,5±1 persen hingga akhir tahun 2024. Stabilitas harga komoditas-komoditas Kota Tasikmalaya dipertaruhkan pada lima bulan ke depan.
Komoditas-komoditas yang menjadi andil dalam inflasi ytd Juli 2024 Kota Tasikmalaya di antaranya beras, emas perhiasan, daging ayam ras, minyak goreng, dan daun bawang.
Berdasarkan data inflasi mtm dan ytd yang menjadi perhatian yaitu beras, beras menjadi penyumbang utama di dua indikator inflasi tersebut.
Perlu diketahui bahwa pola konsumsi beras berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2023 bahwa pengeluaran konsumsi kelompok padi-padian penduduk Kota Tasikmalaya menempati urutan kedua setelah kelompok makanan.
Jadi dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp91.360 perkapita sebulan, pengeluaran ini cukup tinggi dibanding pengeluaran per kapita sebulan komoditas lainnya.
Di Kota Tasikmalaya kita dari pagi hingga malam selalu dihidangkan atau mengkonsumsi bahan komoditas tersebut seperti lontong, bacang, bubur, nasi tutug oncom (TO) dan wujud beras lainnya yang berasal dari tanaman sereal tersebut.
Kota Tasikmalaya merupakan daerah perkotaan namun rasa desa, masih lumayan banyak wilayah persawahannya dan daerah sekitarnya di priangan timurnya, tentunya dengan adanya kebijakan yang lebih pro untuk sektor pertanian di Kota Tasikmalaya akan memberikan andil bagi stabilitas harga beras,
jika pemerintah lebih melihat sentra produksi beras yang ada di priangan timur ini. Jika pemerintah menggunakan kebijakan ini tentu rantai pasok pada pola distribusi menjadi pendek, misal mungkin pola utamanya hanya 1 rantai (produsen-penggilingan beras-konsumen akhir).
Dalam rantai pola distribusi dikenal Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP), yaitu selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian yang mengikutsertakan biaya pengangkutan,
meski pola utamanya hanya 1 rantai jika produsennya berada di sekitar Priangan Timur atau bahkan dari luar Provinsi Jawa Barat maka MPPnya lebih besar bila dibandingkan produsennya berada di Kota Tasikmalaya dengan catatan asumsi dari kualitas komoditasnya sama.
Namun jika pola distribusi berasnya mengambil kebijakan pola utamanya lebih dari 1 misal tiga rantai yaitu (produsen-pedagang grosir-pedagang eceran-konsumen akhir) dan semua pelakunya berada di Kota Tasikmalaya tentu juga memiliki nilai MPP yang tidak kecil
Bahkan jika produsennya berada di luar Priangan Timur juga akan semakin besar harga komoditas beras yang akan dibayarkan oleh konsumen akhir, dengan asumsi yang sama seperti kondisi sebelumnya.
Nilai MPP dari pola distribusi ini tentu juga dipengaruhi oleh kondisi geografi Kota Tasikmalaya dan sekitar priangan timur seperti kondisi bukit atau pegunungan, kondisi jaringan jalannya beraspal baik atau rusak,
akan tetapi yang paling penting adalah ketersediaan stok pada produsen apakah tersedia banyak atau tidak serta faktor cuaca yang memengaruhi produksi komoditas tersebut.
Selain beras, ada komoditas yaitu daging ayam ras, minyak goreng, dan daun bawang yang perlu diperhatikan karena berdampak pada inflasi Kota Tasikmalaya yang memberikan andil inflasi pada tahun 2024 hingga Juli.