Opini

Politik Begal dalam Pilkada Tana Toraja

×

Politik Begal dalam Pilkada Tana Toraja

Sebarkan artikel ini
Politik Begal dalam Pilkada Tana Toraja
Doc. Foto: Media Indonesia

Koropak.com – “Begal” adalah istilah yang menggambarkan tindakan kriminal dengan kekerasan yang bertujuan untuk merampas harta milik korban.

Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, aksi begal masih sering terjadi. Korban bisa saja pria atau wanita, dan umumnya, para pelaku begal memilih lokasi yang sepi sebagai sasaran mereka.

Setelah mengidentifikasi target, para begal akan melancarkan aksinya. Tidak jarang, korban mengalami luka parah bahkan kematian. Ini hanya sebagai latar belakang. Belakangan ini, aksi demonstrasi mahasiswa marak terjadi, dengan teriakan “selamatkan konstitusi” untuk melawan “begal konstitusi”.

Hal ini terpicu oleh langkah legislatif DPR RI yang hendak menganulir putusan MK tentang ambang batas pencalonan dalam Pilkada serta batasan usia peserta Pilkada dengan memanfaatkan celah revisi UU Pilkada.

Tindakan ini dipandang sebagai aksi pembegalan terhadap konstitusi yang seharusnya final dan mengikat.

Akhirnya, aksi pembegalan itu tidak berlanjut dengan gagalnya paripurna pengesahan revisi UU Pilkada yang sudah disetujui Baleg DPR RI sehari sebelumnya.

Dalam perhelatan politik Pilkada Tana Toraja, ternyata terjadi persaingan sengit.

Publik Tana Toraja telah mengetahui bahwa sebelumnya Partai Nasdem memilih pasangan Nikodemus Biringkanae dan Kombes Pol Darma Lelepadang sebagai calon dari Nasdem dalam Pilkada Tana Toraja.

Banner dan atribut pasangan Nico-Darma telah tersebar luas di seluruh wilayah Tana Toraja.

Namun, mengejutkan, sehari sebelum pendaftaran pada 27 Agustus ke KPU, Nasdem mengubah pilihannya.

Rupanya, Nasdem “DIBEGAL” .

Lalu apakah kata Begal itu terlalu berlebihan disematkan pada konteks tersebut? Biarlah publik yang menilainya.

Mungkin saja alasan pembenaran yang akan muncul adalah, hal tersebut menyangkut Keputusan DPP Partai Nasdem dengan segala pertimbangannya.

Namun demikian, publik juga sangat memahami bahwa dibalik keputusan Politik partai Nasdem tentu ada ada deal-deal politik, ” Udang dibalik batu”.

Sehingga B1KWK Partai Nasdem yang memiliki 6 kursi di DPRD Tana Toraja berubah arah meninggalkan kadernya sendiri, yang merupakan Ketua Dewan Pertimbangan DPD partai Nasdem Tana Toraja, Nicodemus Biringkanae.

Akhirnya, Paslon NICO-DARMA harus gigit jari gagal melenggang masuk arena pertarungan yang sesungguhnya.

Sungguh menyedihkan. Yang terkena “begal” adalah sala satu tokoh masyarakat Toraja yang sangat dihormati, Bupati Tana Toraja 2014-2019, Nicodemus Biringkanae.

BACA JUGA:  Keseimbangan Ekonomi, Ketahanan Energi, Dekarbonisasi Lewat Bioetanol

Memang benar politik itu terkadang sangat kejam, namun bukankah di atas semua itu ada etika yang seharusnya menjadi dasar untuk bertindak dan melangkah.

Pada sisi lain, ada falsafah hidup dari kitab kehidupan yang mengatakan, “Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu”.

Bukankah Paslon tersebut sudah cukup memenuhi syarat dengan jumlah partai pengusungnya untuk mendaftar ke KPU, mengapa harus membegal Nicodemus Biringkanae?

Tidak adakah sedikit rasa hormat untuk Beliau, baik sebagai orang tua kita masyarakat Toraja maupun sebagai orang yang sudah berkiprah membangun Tana Toraja?

Lalu dimana falsafah “Siangga’, Sitaratte” yang seharusnya kita junjung tinggi dan hidupi sebagai orang Toraja?

Silahkan publik Tana Toraja menilainya sendiri.

Akan tetapi yang pasti adalah seringkali di balik wajah yang penuh senyum, tersembunyi wajah bengis, sadis, dan haus kekuasaan. Wajah asli itu akhirnya menampakkan dirinya secara terang-terangan untuk mewujudkan rasa dahaga kekuasaan yang sudah lama ia idam-idamkan.

Menutup tulisan ini, izinkan saya sebagai warga Toraja untuk menyampaikan penghormatan dan rasa simpati kepada Nicodemus Biringkanae, yang menjadi korban “begal politik”.

Respon beliau sangat bijaksana, tidak ditunjukkan dengan emosional atau kekacauan, melainkan dengan sebuah tulisan yang menyentuh hati.

“Perjuangan untuk sebuah harapan, di mana kita hanya dapat merencanakan dan berniat, namun Tuhan yang menentukan segalanya. Apapun hasilnya, mari kita terima dengan lapang dada, terus berdoa, dan bersyukur dalam segala hal.” (Nicodemus Biringkanae)

Ini adalah cerminan kebijaksanaan dan kearifan dari seorang tokoh politik yang patut kita contoh. Dalam setiap situasi, kita diingatkan untuk bersikap bijaksana dan rendah hati, sambil menyerahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa sebagai Pengadil yang adil.

Selamat berkompetisi kepada pasangan yang nantinya akan ditetapkan secara resmi oleh KPU Kabupaten Tana Toraja.

Pilihan ada di tangan masyarakat Toraja, dan siapapun yang terpilih harus kita terima dengan lapang dada sebagai pemimpin Tana Toraja untuk lima tahun ke depan, karena itulah inti dari demokrasi yang sebenarnya.

Fransiskus Allo – Pemerhati Politik Tana Toraja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!