Sains

Situs Mirip Stonehenge Berusia 4.000 Tahun Ditemukan di Denmark

×

Situs Mirip Stonehenge Berusia 4.000 Tahun Ditemukan di Denmark

Sebarkan artikel ini
Situs Mirip Stonehenge Berusia 4.000 Tahun Ditemukan di Denmark
Doc. Foto: detiknet

KOROPAK.COM – Para pekerja konstruksi yang tengah membangun kompleks perumahan baru tanpa sengaja menemukan sebuah situs berusia 4.000 tahun yang diyakini memiliki keterkaitan dengan Stonehenge. Yang mengejutkan, situs ini tidak berada di Inggris, melainkan di daratan Eropa.

Penemuan luar biasa ini terjadi di Jutland Utara, Denmark. Setelah ditemukan oleh para pekerja, tim arkeolog segera mengambil alih lokasi tersebut untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Situs ini menyerupai Stonehenge dengan setidaknya 45 tiang kayu yang disusun melingkar dengan diameter sekitar 30 meter.

Setelah diteliti lebih dalam, para ahli percaya bahwa situs ini dapat menjadi bukti adanya keterkaitan budaya antara berbagai wilayah di Eropa pada periode Neolitikum, yang juga dikenal sebagai Zaman Batu Baru.

Dilansir dari LadBible, situs ini diperkirakan berasal dari tahun 2.600 SM hingga 1.600 SM, atau sekitar 4.625 tahun yang lalu. Struktur lingkaran tersebut pertama kali ditemukan pada Januari saat penggalian berlangsung.

Pimpinan penggalian Andreas Bo Nielsen bersama kurator Museum Vesthimmerlands, Sidsel Wahlin, segera menyadari bahwa mereka tengah berhadapan dengan penemuan arkeologi yang sangat penting.

Para peneliti menyebutnya sebagai ‘Woodhenge kedua’ karena kemiripannya dengan Woodhenge pertama di Wiltshire, Inggris. Nama “Woodhenge” merujuk pada material utama penyusun situs ini, yaitu kayu, berbeda dengan Stonehenge yang terbuat dari batu.

BACA JUGA:  Penemuan Shi Cheng, Kota 'Atlantis' yang Tenggelam di Danau Qiandao

Para ahli menduga bahwa keberadaan situs ini menunjukkan adanya sistem kepercayaan yang luas serta hubungan erat antara Denmark dan Inggris di masa lalu, meskipun kedua wilayah tersebut dipisahkan oleh Laut Utara.

Secara historis, struktur berbentuk lingkaran ini sering dikaitkan dengan pemujaan terhadap Matahari. Fenomena ini mirip dengan Stonehenge, yang hingga kini masih menjadi tempat kunjungan saat titik balik Matahari di musim panas dan musim dingin.

Stonehenge sendiri dibangun antara tahun 3.100 SM hingga 1.600 SM dengan susunan batu besar dalam formasi melingkar. Meski telah diteliti selama bertahun-tahun, tujuan asli pembangunannya masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli.

Penemuan Woodhenge kedua di Denmark semakin memperkuat teori bahwa pada masa itu mungkin telah ada kepercayaan atau agama yang serupa di berbagai wilayah Eropa.

“Situs ini berfungsi sebagai pusat ritual yang berkaitan dengan pemujaan Matahari serta praktik pertanian masyarakat saat itu,” ungkap Wahlin.

Ia juga menambahkan bahwa untuk membangun monumen dengan struktur yang begitu spesifik, orang-orang pada zaman tersebut pasti memiliki pemahaman mendalam tentang makna dan perencanaannya.

Terkait dengan penemuan ini, para peneliti kini berharap dapat melakukan pengujian DNA guna mencari hubungan antara situs ini dengan lokasi Neolitikum lainnya di Inggris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!