Sains

Peneliti Ungkap Pola Alamiah Zaman Es di Masa Depan

×

Peneliti Ungkap Pola Alamiah Zaman Es di Masa Depan

Sebarkan artikel ini
Peneliti Ungkap Pola Alamiah Zaman Es di Masa Depan
Doc. Foto: detikcom

KOROPAK.COM – Selama jutaan tahun, Bumi telah mengalami siklus periode glasial yang bergantian dengan masa-masa yang lebih hangat. Salah satu faktor utama yang memengaruhi perubahan ini adalah dinamika orbit planet kita.

Dengan meneliti pola pergerakan serta pergeseran sumbu rotasi Bumi, para ilmuwan berhasil merekonstruksi pola glasial selama jutaan tahun terakhir dan bahkan membuat prediksi mengenai perubahan iklim di masa depan.

Hubungan antara orbit Bumi dan perubahan suhu global telah dipelajari selama lebih dari lima dekade. Namun, peran spesifik dari berbagai parameter orbital belum sepenuhnya dipahami.

Perubahan dalam bentuk orbit (eksentrisitas), kemiringan sumbu Bumi terhadap orbitnya (oblikuitas), serta pergeseran arah sumbu rotasi (presesi) diyakini sebagai faktor utama. Namun, bagaimana ketiga faktor ini berinteraksi dalam mengendalikan iklim masih menjadi perdebatan.

Bagaimana Perubahan Orbit Mempengaruhi Iklim?

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science menjelaskan mekanisme perubahan ini. Oblikuitas memengaruhi variasi musim dalam siklus 41 ribu tahun, yang menentukan jumlah energi matahari yang diterima wilayah lintang tinggi saat musim panas.

Sementara itu, presesi menggeser puncak intensitas musim panas di lintang menengah hingga tinggi dengan siklus 21 ribu tahun. Kedua faktor ini berinteraksi dalam mengatur siklus glasial.

Presesi memiliki dampak yang lebih besar pada awal periode pencairan es, sementara oblikuitas berperan dalam menentukan puncak periode interglasial—masa antara dua zaman es—serta awal dari zaman es baru.

“Kami menemukan pola perubahan iklim Bumi yang konsisten selama jutaan tahun terakhir, yang menunjukkan transisi teratur antara zaman es dan periode interglasial seperti saat ini,” ujar Lorraine Lisiecki, profesor di University of California Santa Barbara, dikutip dari IFL Science.

Peneliti utama Stephen Barker dari University of Cardiff menambahkan, “Kami terkejut menemukan pola orbital yang sangat jelas dalam catatan iklim. Sulit dipercaya bahwa pola ini belum pernah teridentifikasi sebelumnya.”

BACA JUGA:  Perubahan Cepat Es Arktik, Apa yang Dikatakan Peneliti

Para ilmuwan membandingkan perubahan parameter orbit dengan periode glasial dalam 900 ribu tahun terakhir. Mereka menemukan bahwa eksentrisitas Bumi berfluktuasi dalam siklus 100 ribu tahun dan siklus sekunder 400 ribu tahun, menghasilkan pola berulang yang sesuai dengan perubahan orbit.

“Pola ini begitu konsisten sehingga kami dapat memperkirakan dengan akurasi tinggi kapan periode interglasial terjadi dalam jutaan tahun terakhir dan berapa lama setiap periode berlangsung,” jelas Barker.

Penelitian ini menegaskan bahwa perubahan iklim jangka panjang di Bumi sebagian besar dapat diprediksi, bukan terjadi secara acak. Berdasarkan pola orbit alami, jika tidak ada intervensi besar terhadap iklim, Zaman Es berikutnya diperkirakan akan terjadi dalam 10 ribu tahun mendatang.

Namun, rekan peneliti Chronis Tzedakis dari University College London menekankan bahwa kemungkinan terjadinya Zaman Es baru dalam waktu dekat sangat kecil. Emisi karbon dioksida akibat aktivitas manusia telah mengganggu pola alami iklim Bumi, menciptakan dampak jangka panjang yang dapat mengubah prediksi ini.

“Karena manusia telah mengubah komposisi atmosfer, jalur alami iklim telah menyimpang, membuat transisi ke kondisi glasial dalam 10 ribu tahun mendatang menjadi sangat tidak mungkin,” tambah Gregor Knorr dari Alfred Wegener Institute.

Tim peneliti berharap temuan ini dapat digunakan sebagai dasar dalam membangun model iklim jangka panjang, yang dapat melengkapi model jangka pendek yang lebih fokus pada dampak aktivitas manusia selama 150 tahun terakhir.

“Karena kita kini tahu bahwa perubahan iklim dalam jangka panjang dapat diprediksi, kita dapat menggunakan data dari masa lalu untuk memberikan gambaran lebih akurat tentang kondisi iklim di masa depan,” kata Barker.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai siklus alami iklim, keputusan manusia terkait emisi gas rumah kaca dapat dibuat dengan lebih bijak, demi menjaga keseimbangan lingkungan global di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!