Koropak.com – Tren FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan semakin mempengaruhi remaja saat ini, menurut penjelasan dari seorang dokter spesialis kedokteran jiwa.
FOMO telah menjadi fenomena signifikan dalam kehidupan remaja, berdampak pada kesejahteraan mental dan emosional mereka.
dr. Ariel Nugroho S., SpKJ, seorang ahli kedokteran jiwa, menjelaskan bahwa remaja sangat rentan terhadap tekanan sosial yang diperparah oleh media sosial dan teknologi digital.
FOMO mendorong mereka untuk terus terhubung dengan konten dan aktivitas terbaru demi merasa relevan.
“Dalam praktik, saya sering melihat dampak negatif dari FOMO pada remaja, mereka sering merasa cemas atau stres karena merasa tidak bisa melewatkan apapun yang dianggap penting oleh teman-teman mereka di media social,” kata dr. Ariel Nugroho ,S., Sp.KJ dalam dialog Indonesia Bisa.
Menurut berbagai penelitian yang dilakukan oleh tim dokter jiwa, remaja yang mengalami FOMO cenderung mengalami gangguan tidur, penurunan rasa percaya diri, dan bahkan gejala depresi.
“Mereka terjebak dalam siklus perbandingan yang tidak sehat dan merasa tidak cukup,” tambahnya.
Lebih lanjut dikatakan, FOMO juga dapat memengaruhi keputusan remaja dalam hal pergaulan, pendidikan, dan kesehatan mereka secara keseluruhan. Ini bisa menyebabkan mereka mengambil risiko yang tidak perlu atau merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna.
Ahli jiwa ini merekomendasikan beberapa strategi untuk membantu remaja mengelola FOMO, termasuk mengatur waktu layar, membangun rasa percaya diri yang sehat, dan mengedukasi mereka tentang dampak psikologis dari perbandingan sosial yang berlebihan.
“Dengan pendekatan yang tepat, remaja dapat belajar untuk lebih memprioritaskan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi mereka daripada bergantung pada ekspektasi eksternal, hal ini penting untuk mendukung kesehatan mental mereka di masa yang penuh tekanan ini,” ujarnya.
dr. Ariel Nugroho S., SpKJ menekankan pentingnya kesadaran diri dan dukungan keluarga dalam membantu remaja menghadapi tantangan ini.
“Dengan pemahaman yang lebih baik tentang FOMO dan bagaimana itu memengaruhi pikiran mereka, kita dapat merancang pendekatan yang lebih holistik untuk mendukung kesejahteraan mental mereka,” pungkasnya.