Koropak.com – Sebagai daerah pariwisata, Kabupaten Pangandaran memiliki banyak catatan sejarah menarik.
Salah satu contohnya adalah MM Book Shop, sebuah toko buku legendaris yang terletak di dekat pantai sekitar tahun 1978.
Toko buku ini dikenal sebagai tempat favorit wisatawan asing untuk menukar buku. Selain itu, banyak koleksi buku yang dihadiahkan langsung oleh para turis.
Selain itu, tak sedikit para turis asing menikmati dan membeli buku karya-karya anak bangsa. Koleksi-koleksi buku dan toko itu dirintis Masrudin (57) warga sekaligus pemandu wisata senior di Pangandaran.
Namun, masa kejayaan toko buku itu hanya bertahan hingga tahun 2019. Setelah itu, berubah menjadi toko oleh-oleh.
Pegiat literasi di Pangandaran Andi Nurroni menceritakan kenangan bersama toko buku milik Masrudin tersebut. Dulunya, memiliki ribuan koleksi buku dan novel langka.
“Toko buku MM memiliki ribuan koleksi. Toko buku ini menjadi buruan wisatawan penggemar buku untuk menjual, membeli atau menukar buku mereka,” kata Andi di kutip dari detikjabar.
Ia mengatakan, toko MM Book Shop berlokasi di Jalan Pasanggrahan, kawasan wisata Pantai Pangandaran. Sejak terakhir buka tahun 2019, menurut Andi, ada kurang lebih 5 ribu koleksi buku.
“Seingat saya waktu itu terakhir ada 5 ribu koleksi buku berbagai bahasa, yang terdiri dari novel, panduan perjalanan dan buku-buku non-fiksi lainnya,” ungkapnya.
Koleksi terbanyak, kata Andi, adalah buku berbahasa Inggris, Jerman, Belanda, Perancis dan Jepang. Tak sedikit, menurut dia, koleksi buku berbahasa Indonesia terpajang di sana.
Andi menuturkan, saat berbincang dengan pemiliknya waktu itu, sistem di toko tersebut dikelola dengan cara jual-beli, barter atau tukar-tambah dengan para pelancong. Selain itu, pemilik toko buku itu sering mendapatkan hibah dari para turis yang menjadi kliennya.
Adapun buku yang dijual disana, kata Andi, cukup bervariatif untuk sekelas buku langka yang bagus. “Harganya saat itu mulai dari Rp 35 ribu sampai Rp 75 ribu. Untuk tukar-tambah atau barter, harga menyesuaikan dengan kualitas buku,” imbuhnya.
Menurutnya, toko tersebut lebih dari sekadar toko buku. Tempat ini menjadi saksi bisu pasang-surut industri pariwisata Pangandaran.
“Ribuan koleksi buku dalam belasan bahasa dunia ini merekam data kunjungan wisatawan asing yang datang ke kawasan wisata andalan Provinsi Jawa Barat ini,” terangnya.
Sementara itu, Masrudin (57) mengatakan toko buku yang dikelolanya sampai 30 tahun lebih itu menjadi cikal bakal rezekinya sebagai pemandu.
“Kalau dibilang laku keras sih enggak, cuman lumayan, karena bukan cuman buku aja, tapi tourist information. Ya hasilnya dapat job guiding,” ucapnya.
Selama mengelola toko tersebut, Masrudin mengaku menyimpan berbagai kesan dan pengalaman unik. “Salah satu hal yang mengesankan buat dia adalah minat baca turis-turis dari negara luar,” imbuhnya.
Hal menarik lainnya, Masrudin menyaksikan geliat minat baca di kalangan masyarakat Indonesia, terutama sejak tahun 2000-an. Namun, kata dia, ada juga turis lokal yang meminati buku-buku berbahasa asing, khususnya Inggris.
Melihat tumbuhnya minat baca masyarakat Indonesia, terutama warga lokal, adalah kebahagiaan tersendiri bagi Masrudin. Atas dasar ini juga, kini Masrudin menyediakan lebih banyak koleksi buku berbahasa Indonesia.
“Kalau sekarang tinggal beberapa aja karena dulu sempat hilang dan kebanjiran,” pungkasnya.