Teknologi

Petani Garut Keluhkan Kurangnya Teknologi Pertanian

×

Petani Garut Keluhkan Kurangnya Teknologi Pertanian

Sebarkan artikel ini
Petani Garut Keluhkan Kurangnya Teknologi Pertanian
Doc. Foto: Berita Daerah.co.id

Koropak.com – Petani sayur di Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengeluhkan rendahnya penerapan teknologi dalam pertanian.

Yang sering mengakibatkan mereka tidak mendapatkan keuntungan maksimal dari hasil panen mereka. Keluhan ini disampaikan kepada Ilham Habibie, seorang pakar penerbangan yang hadir sebagai calon gubernur Jawa Barat.

“Kalau bapak jadi gubernur, tolong perhatikan teknologi bagi pertanian,” ujar Awang Sutisna, 50 tahun, Ketua Petani Sayur Kecamatan Pasirwangi.

Awang mengatakan, teknologi yang dibutuhkan petani diantaranya alat pendukung pengolahan lahan, pengembangan varietas bibit unggul.

dan laboratorium pengujian kualitas tanah. Penerapan teknologi ini dinilai akan meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya ongkos tanam.

“Jangan hanya orang kota yang menikmati hasilnya sementara kami merugi. Apalagi kalau harga sayuran tiba-tiba turun,” ujarnya.

Menanggapi keluhan petani, Ilham Habibie mengaku telah memiliki konsep yakni kolaborasi antara petani dengan lembaga pendidikan dan pondok pesantren.

Sementara, lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan universitas didorong untuk dapat merancang alat sesuai dengan kondisi lahan petani sehingga memudahkan petani bila terjadi kerusakan atau kekurangan dalam penerapan teknologi.

BACA JUGA:  Kontroversi Desain, Samsung vs. Apple

“Alatnya bisa diproduksi oleh pengusaha UMKM. Kalau impor susah penerapan dilapangannya nanti,” ujar anak sulung dari mantan Presiden RI sekaligus Bapak Teknologi, B.J. Habibie, tersebut.

Ditambahkannya, dalam menghadapi ancaman krisis iklim, para petani juga perlu diberikan bimbingan teknis dalam pengolahan lahan.

Tujuannya agar penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat dikurangi tanpa berdampak pada produktivitas. Petani juga mendapatkan bimbingan cara pembuatan dan penerapan pupuk organik pada lahan garapannya.

Pengembangan bibit unggul pun, kata Ilham, harus terus dilakukan. Rekayasa teknologi genetik diharapkan dapat membuat bibit yang memiliki masa tanam pendek dengan hasil yang cukup baik.

“Berbagai penelitian dan pengujian harus terus dilakukan,” imbuhnya.

Sementara untuk Pondok Pesantren dapat mengembangkan teknologi terapan pengolahan hasil pertanian. Ilham mencontohkan tomat dapat diolah menjadi saus, pasta, atau jus minuman.

Pengembangan itu diharapkan dapat memperkuat perekonomian dan kewirausahaan bagi para santri.

“Kolaborasi seperti ini diharapkan bisa menciptakan generasi emas yang beriman, bertakwa dan berteknologi,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!