Koropak.com – Tim peneliti dari Universitas Liverpool berhasil membuat peta pertama dari sebuah longsoran bawah laut raksasa yang terjadi sekitar 60.000 tahun lalu, mengungkapkan dampak dahsyat yang mengubah lanskap dasar laut secara drastis.
Awalnya, longsoran ini memiliki volume sekitar 1,5 kilometer kubik, tetapi kemudian berkembang menjadi bencana besar yang mengikis salah satu ngarai bawah laut terbesar di dunia, Agadir Canyon, di Samudra Atlantik.
Menurut laporan Wion News (1/9), penemuan ini berdasarkan analisis lebih dari 300 sampel inti yang diambil dari dasar laut di lepas pantai barat laut Afrika lebih dari 40 tahun yang lalu.
Para ilmuwan menggunakan data batimetri dan seismik untuk memetakan perjalanan longsoran tersebut, yang awalnya merupakan insiden kecil, namun berubah menjadi peristiwa geologis besar yang menghancurkan.
“Ini adalah pertama kalinya kita dapat memetakan secara rinci seluruh perjalanan longsoran bawah laut sebesar ini dan menghitung faktor pertumbuhannya,” ujar Chris Stevenson, sedimentolog dari Universitas Liverpool dan salah satu pemimpin penelitian.
Menurut Stevenson, longsoran tersebut mencapai ketinggian hingga 200 meter dengan kecepatan sekitar 15 meter per detik, cukup kuat untuk merobek dasar laut dan menghancurkan segala sesuatu di jalurnya.
Longsoran ini kemudian mengikis hampir 4.500 kilometer persegi dinding ngarai Agadir, meninggalkan jejak kerusakan yang luas.
“Bayangkan sebuah longsoran setinggi gedung pencakar langit yang bergerak dengan kecepatan lebih dari 64 kilometer per jam dari Liverpool ke London, menggali parit sedalam 30 meter dan selebar 15 kilometer, serta menghancurkan segala sesuatu di jalurnya,” tambah Stevenson.
Penelitian ini juga mengubah pandangan konvensional tentang bagaimana longsoran bawah laut terjadi. Sebelumnya, para ilmuwan mengira bahwa longsoran besar hanya terjadi akibat kegagalan lereng yang signifikan.
Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa longsoran dapat dimulai dari skala kecil dan berkembang menjadi bencana besar.
“Kami menemukan bahwa longsoran ini dapat berkembang 12 hingga 25 kali lipat dari ukuran awalnya,” kata Christoph Bottner, peneliti dari Universitas Aarhus di Denmark dan salah satu pemimpin tim.
“Ini adalah perilaku ekstrem yang belum pernah teramati pada longsoran bawah laut sebelumnya, dan membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut.”
Penemuan ini memberikan pemahaman baru tentang dinamika longsoran bawah laut dan dampaknya terhadap lanskap geologi, serta menekankan pentingnya penelitian terus-menerus dalam memahami peristiwa geologis yang dapat mengubah bentuk dasar laut secara signifikan.