KOROPAK.COM – TASIKMALAYA – Penolakan terhadap konser “Ruang Bermusik” yang akan digelar di Tasikmalaya mengemuka setelah ormas Islam Al Mumtaz menyuarakan keberatan terhadap kehadiran band Hindia. Alasan utamanya bukan musik, melainkan simbol yang dianggap bertentangan dengan akidah.
Hindia dituding membawa simbol atau aliran yang dianggap bertentangan dengan syariat Islam dan nilai-nilai lokal Tasikmalaya. Konser ini dijadwalkan menampilkan musisi ternama seperti Nadin Amizah, Maliq & D’Essentials, dan Feast.
Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Moh Faruk Rozi, menegaskan bahwa keputusan final terkait izin konser “Ruang Bermusik” yang rencananya digelar 19–20 Juli 2025, sepenuhnya berada di tangan Polda Jawa Barat.
“Kami hanya berwenang memberi rekomendasi, bukan mengeluarkan izin. Keputusan akhir tetap di Polda,” ujar Faruk saat ditemui wartawan, Minggu (13/07/2027).
Rekomendasi itu, lanjutnya, disusun berdasarkan hasil empat kali musyawarah bersama berbagai pihak, mulai dari tokoh agama, MUI, ormas Islam, penyelenggara acara, hingga perwakilan pemerintah daerah. Seluruh hasil diskusi kini tengah diajukan ke Polda Jabar sebagai bahan pertimbangan.
Faruk menekankan bahwa Tasikmalaya menjunjung tinggi nilai toleransi dan terbuka terhadap berbagai kegiatan publik, termasuk konser musik, selama tidak bertentangan dengan norma agama dan kearifan lokal.
“Kami sudah buktikan semangat toleransi, seperti saat lintas elemen berhasil menyelesaikan pembangunan instalasi pemulasaraan jenazah yang tertunda bertahun-tahun,” ujarnya.
Terkait kontroversi soal kehadiran musisi Hindia, Faruk menyampaikan bahwa para tokoh agama tak pernah secara tegas melarang konser. Namun, ia mengakui adanya kekhawatiran soal konten dan simbol-simbol yang dianggap sensitif secara keagamaan.
“Banyak yang mendukung konser, asal sesuai aturan dan nilai lokal. Masalahnya, beberapa kesepakatan tahun lalu belum sepenuhnya dijalankan oleh pihak EO,” jelasnya.
Terlepas dari apapun keputusan Polda nanti, Faruk memastikan Polres akan menjaga kondusivitas wilayah.
Sementara itu, Ketua Ormas Al Mumtaz, Ustad Hilmi Afwan Hilmawan, menegaskan pihaknya tidak menolak musik atau konser secara umum. Ia menyebut sejumlah konser sebelumnya berjalan tanpa kendala di Tasikmalaya.
“Yang kami soroti adalah simbol-simbol yang dianggap menyimpang secara akidah, seperti lambang dajal atau satanik,” ujarnya.
Hilmi berharap konser tidak diberi izin, terutama jika tetap menampilkan musisi yang dipermasalahkan. “Ini bukan soal musik, tapi soal menjaga akidah dan generasi,” tegasnya.
Meski begitu, Al Mumtaz menolak melakukan aksi demonstrasi jika konser tetap berlangsung. “Kami tak akan turun ke jalan. Kami hanya menyampaikan aspirasi dan akan berlepas diri jika konser tetap digelar,” tambahnya.
Ia juga menyayangkan lemahnya koordinasi pihak penyelenggara dengan tokoh agama, padahal hal itu sebelumnya telah disepakati sebagai bagian dari komitmen bersama.
“Kami hanya berharap, keputusan akhir mempertimbangkan dampak yang bisa timbul. Jika mudaratnya lebih besar, maka sebaiknya ditinggalkan,” tutupnya.
Hingga berita ini dimuat, pihak penyelenggara belum memberikan tanggapan resmi terkait polemik tersebut.