Daerah

SMA Pasundan Hanya Dapat Empat Siswa, Kepala Sekolah: Kami Bertahan dengan Harapan

×

SMA Pasundan Hanya Dapat Empat Siswa, Kepala Sekolah: Kami Bertahan dengan Harapan

Sebarkan artikel ini
SMA Pasundan Hanya Dapat Empat Siswa, Kepala Sekolah: Kami Bertahan dengan Harapan
Doc. Foto: kostatv.id

KOROPAK.COM – TASIKMALAYA – Dari kejayaan di era 1990-an, kini SMA Pasundan Tasikmalaya hanya menerima empat siswa baru. Kepala sekolah, Darusman, menyebut fenomena ini sebagai cermin ketimpangan antara sekolah negeri dan swasta.

Memasuki tahun ajaran 2025/2026, sekolah yang berdiri sejak dekade 1980-an itu hanya menerima empat orang pendaftar hingga awal Juli. Angka ini menjadi potret krisis eksistensi bagi sekolah yang dulunya dipadati peminat setiap tahun.

“Baru empat orang, itu pun semuanya alumni. Mungkin karena ada kedekatan emosional, kalau tidak, bisa jadi tidak ada sama sekali,” ungkap Drs. Darusman, sebagaimana dilansir dari laman kostatv.id, jumat (4/7/2025).

Menurut Darusman, fenomena ini mencerminkan ketimpangan sistem pendidikan, khususnya antara sekolah negeri dan swasta. Ia menilai kebijakan yang memperbolehkan sekolah negeri membuka hingga 50 rombongan belajar (rombel) telah menggerus ruang hidup sekolah swasta.

“Kami bukan hanya kehilangan siswa, tapi juga kehilangan kepercayaan terhadap sistem. Sekolah negeri tumbuh jadi raksasa, sementara swasta dibiarkan jadi bayang-bayang,” ujarnya dengan nada prihatin.

Pada era 1990-an hingga awal 2000-an, SMA Pasundan dikenal sebagai sekolah unggulan di Tasikmalaya.

Alumni sekolah ini banyak yang kini menjadi pejabat, pengusaha, hingga tokoh masyarakat. Selain unggul dalam bidang akademik, sekolah ini juga memiliki rekam jejak kuat dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti paskibra, seni tradisional, Pramuka, dan PMR.

Namun sejak diberlakukannya sistem penerimaan siswa baru (kini bernama SPMB) yang memberi keleluasaan besar pada sekolah negeri, sekolah swasta mulai tergeser dari pilihan utama masyarakat. Banyak yang baru memilih swasta saat tak lagi diterima di sekolah negeri.

BACA JUGA:  Tasikmalaya Alami Inflasi 0,02% Setelah Deflasi Dua Bulan

Darusman menilai pemerintah tidak berhasil menciptakan ekosistem pendidikan yang setara dan berkeadilan. Ia menyebut, sekolah swasta tetap dibebani tanggung jawab layaknya negeri—mulai dari menggaji guru, menjalankan kurikulum, hingga menjaga akreditasi—namun tanpa adanya subsidi atau insentif berarti.

“Kami ini ibarat perahu kecil yang diminta menyeberangi lautan besar tanpa dayung, tanpa jangkar. Kalau tidak ada siswa, semua yang kami jalankan percuma,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa bukan hanya SMA Pasundan yang terdampak, melainkan banyak sekolah swasta lain di Kota Tasikmalaya yang kini menghadapi nasib serupa. Menurutnya, jika tidak ada kebijakan yang berpihak, maka tinggal menunggu waktu sampai sekolah swasta perlahan menghilang dari sistem pendidikan.

“Kalau semua siswa diarahkan ke negeri, swasta akan mati perlahan. Dan kalau itu terjadi, kita kehilangan alternatif pendidikan yang seharusnya bisa memperkaya keberagaman,” ujarnya.

Darusman tidak menuntut perlakuan istimewa, namun ia meminta adanya batas yang adil. Ia mendesak agar kuota rombel di sekolah negeri dikendalikan, sistem penerimaan dievaluasi, dan sekolah swasta diberi dukungan nyata.

“Pendidikan tidak boleh dimonopoli. Siapa yang akan mengisi ruang-ruang di pinggiran kalau semua hanya ditumpuk di negeri?” pungkasnya.

Ketika ditanya mengenai masa depan SMA Pasundan, Darusman hanya menjawab singkat, dengan nada getir namun penuh harap.

“Kami masih di sini. Bertahan. Menunggu. Tapi kalau begini terus, sejarah kami hanya akan tersisa di album foto dan kenangan para alumni.”tandasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!