Sains

Penemuan Oksigen di Laut Dalam Tanpa Sinar Matahari

×

Penemuan Oksigen di Laut Dalam Tanpa Sinar Matahari

Sebarkan artikel ini
Koropak.com - Penemuan Oksigen di Laut Dalam Tanpa Sinar Matahari
Doc. Foto: Ultra Image hub

Koropak.com – Sekitar 50% oksigen yang kita hirup bersumber dari laut. Sebelumnya, diketahui bahwa oksigen tersebut berasal dari tumbuhan laut yang melakukan fotosintesis.

Proses yang membutuhkan sinar matahari. Namun, di kedalaman 5 kilometer, tempat sinar matahari tidak sampai, diduga bahwa oksigen dihasilkan oleh “nodul” logam alami yang memecah air laut H2O menjadi hidrogen dan oksigen.

Beberapa perusahaan pertambangan mempunyai rencana mengumpulkan bintil-bintil ini, yang dikhawatirkan oleh para ilmuwan kelautan dapat mengganggu proses penemuan baru dan merusak kehidupan laut yang bergantung pada oksigen yang dihasilkannya.

“Saya pertama kali melihat hal ini pada 2013 – sejumlah besar oksigen diproduksi di dasar laut dalam kondisi gelap gulita, Saya mengabaikannya saja, karena saya telah diajari bahwa kita hanya mendapatkan oksigen melalui fotosintesis. Akhirnya, saya menyadari bahwa selama bertahun-tahun saya telah mengabaikan potensi penemuan besar ini,” jelas ketua peneliti Prof Andrew Sweetman.

Dia dan rekan-rekannya melakukan penelitian di wilayah laut dalam antara Hawaii dan Meksiko bagian dari dasar laut yang luas yang ditutupi dengan bintil-bintil logam ini.

Nodul terbentuk ketika logam terlarut dalam air laut dan terkumpul pada pecahan cangkang atau puing-puing lainnya. Ini adalah proses yang memakan waktu jutaan tahun.

Karena nodul ini mengandung logam seperti litium, kobalt, dan tembaga yang semuanya diperlukan untuk pembuatan baterai banyak perusahaan pertambangan mengembangkan teknologi untuk mengumpulkannya dan membawanya ke permukaan.

Namun Prof Sweetman mengatakan oksigen gelap yang dihasilkannya juga dapat mendukung kehidupan di dasar laut. Penemuannya, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience, menimbulkan kekhawatiran baru mengenai risiko usulan usaha penambangan laut dalam.

BACA JUGA:  Perkuat Kerja Sama, PRBM Eijkman Kunjungi Itera

Para ilmuwan menemukan bahwa bintil-bintil logam mampu menghasilkan oksigen karena mereka bertindak layaknya baterai.

“Jika Anda memasukkan baterai ke dalam air laut, baterai akan mulai mendesis, Itu karena arus listrik sebenarnya memecah air laut menjadi oksigen dan hidrogen [yang merupakan gelembung]. Kami pikir hal itu terjadi pada bintil-bintil ini dalam keadaan alaminya.”imbuhnya.

Nodul yang menggumpal (sering disebut ‘baterai dalam batu) kaya akan logam seperti kobalt, nikel, tembaga, dan mangan, yang semuanya digunakan dalam baterai, telepon pintar, turbin angin, dan panel surya.

“Ini seperti baterai di dalam obor, Anda memasukkan satu baterai, tidak menyala. Anda memasukkan dua dan Anda mendapat tegangan yang cukup untuk menyalakan obor. Jadi ketika bintil-bintil tersebut berada di dasar laut dan bersentuhan satu sama lain, mereka bekerja secara serempak – seperti beberapa baterai.” Ucapnya.

Para peneliti menguji teori ini di laboratorium, mengumpulkan dan mempelajari gumpalan logam seukuran kentang.

Eksperimen mereka mengukur tegangan pada permukaan setiap gumpalan logam – yang pada dasarnya adalah kekuatan arus listrik. Mereka menemukan kekuatannya hampir sama dengan tegangan pada baterai berukuran AA.

Artinya, kata mereka, bintil-bintil yang berada di dasar laut dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar untuk membelah, atau mengelektrolisis, molekul air laut.

Para peneliti berpendapat proses yang sama produksi oksigen bertenaga baterai yang tidak memerlukan cahaya dan proses biologis dapat terjadi di bulan dan planet lain, sehingga menciptakan lingkungan kaya oksigen tempat kehidupan dapat berkembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!