Koropak.com – Lebih dari 112 tahun setelah kapal Titanic tenggelam, para ahli dan peneliti belum berhasil menemukan sisa-sisa kerangka manusia di reruntuhan kapal yang terkenal tersebut.
Meskipun berbagai artefak menakjubkan telah ditemukan dari kapal yang tenggelam di Samudra Atlantik Utara pada tahun 1912, kerangka manusia tetap belum ditemukan.
Berdasarkan informasi dari Indy100, Rabu (24/7), James Cameron, sutradara film Titanic, telah mengunjungi situs kapal karam sebanyak 33 kali. Ia menyatakan bahwa dirinya tidak pernah melihat sisa-sisa manusia di lokasi tersebut.
Meskipun ada pasangan sepatu dan pakaian yang menunjukkan keberadaan tubuh pada suatu waktu, tidak ada kerangka yang terlihat.Sains mencoba mengulasnya.Ada beberapa alasan yang mungkin menjelaskan mengapa tidak ada kerangka yang ditemukan.
Pertama, banyak penumpang dan kru yang mengenakan jaket pelampung, yang membuat mereka tetap mengapung setelah tenggelamnya kapal. Ketika badai datang setelah kapal tenggelam, mayat-mayat tersebut kemungkinan terbawa arus laut jauh dari lokasi kecelakaan.
Kedua, kedalaman tempat Titanic berada juga berperan penting. Reruntuhan kapal terletak pada kedalaman sekitar 3.800 meter, di bawah kedalaman kompensasi kalsium karbonat. Pada kedalaman ini, air laut tidak jenuh dengan kalsium karbonat, yang merupakan komponen utama tulang.
Akibatnya, begitu jaringan tubuh membusuk dan tulang terkena air laut, tulang tersebut larut.Selain itu, keberadaan scavengers laut dalam, seperti ikan dan organisme lainnya, juga mempercepat proses pembusukan dan pelarutan tulang.
Beberapa orang percaya bahwa mungkin masih ada sisa-sisa tubuh yang terawetkan di bagian-bagian tertutup kapal, seperti ruang mesin, di mana air kaya oksigen yang dibutuhkan oleh scavengers tidak bisa masuk.
Meskipun demikian, lebih dari satu abad sejak tragedi tersebut, pencarian sisa-sisa tubuh kemungkinan besar akan sia-sia.
Seiring berjalannya waktu, upaya untuk menemukan dan mengawetkan sisa-sisa Titanic lebih baik difokuskan pada pelestarian artefak dan memori para korban, daripada mencari sisa-sisa yang mungkin sudah lama hilang.