Koropak.com – Konflik antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) semakin memanas dengan saling tuding antara kedua belah pihak.
Awalnya, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf mengibaratkan PBNU dan PKB seperti pabrik dan mobil yang dihasilkan. Jika mobil mengalami kerusakan, maka pabrik harus menariknya kembali.
“Baru-baru ini ada perusahaan yang memproduksi mobil. Setelah dijual di pasar dan laku, ternyata ada kesalahan sistem di mobilnya. (Maka) Mobil itu ditarik kembali untuk diperbaiki sistemnya,” kata Gus Yahya.
Pernyataan tersebut tampaknya menguatkan narasi bahwa PBNU berusaha merebut PKB dari kepemimpinan Muhaimin melalui pembentukan Tim Lima.
Ia meminta agar PKB tak perlu diseret dalam situasi yang kontraproduktif. Muhaimin menganggap, Gus Yahya dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul justru menjadi pihak yang selama ini selalu berupaya merusak PKB.
“Omongan Yahya dan Saipul (Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf) gak laku. Yang rusak itu itu Yahya sama Saiful, kok PKB ditarik-tarik untuk ikut rusak, apa gak semakin menurunkan tingkat kepercayaan pada PBNU?” ucap Muhaimin.
Saling tuding antar kedua pihak pun tak bisa dihindarkan. Muhaimin mengatakan bahwa selama ini Gus Yahya dan Gus Ipul berupaya mempolitisir NU namun mengalami kegagalan.
Maka, saat ini keduanya berusaha untuk menganggu PKB. Ia juga menyebutkan bahwa keduanya adalah pihak yang berusaha mendegradasi PKB.
“Prestasi perolehan PKB pada Pemilu 2024 diakui semua pihak dan kita syukuri sebagai keberhasilan kader-kader yang tidak lagu bergantung pada siapapun. Digembosi Yahya dan Saipul di pemilu malah membuat perolehan PKB meningkat tajam,” sambungnya.